A. Definisi
Apa
itu hipertensi?
Hipertensi
lebih dikenal dengan penyakit tekanan darah tinggi. Tekanan darah adalah
kekuatan aliran darah dari jantung yang mendorong dinding pembuluh darah
(arteri). Kekuatan tekanan darah dapat berubah dari waktu ke waktu, dipengaruhi
oleh aktivitas apa yang sedang dilakukan jantung (misalnya sedang berolahraga
atau dalam keadaan normal/istirahat) dan daya tahan pembuluh darahnya.
Peningkatan
ini menyebabkan jantung harus bekerja lebih keras dari biasanya untuk
mengedarkan darah melalui pembuluh darah. Tekanan darah melibatkan dua
pengukuran, sistolik dan diastolik, tergantung otot jantung berkontraksi
(sistolik) atau berelaksasi antara denyut (diastolik). Tekanan darah normal
pada saat istirahat adalah dalam kisaran sistolik (bacaan atas) 120 mmHg
dan diastolik (bacaan bawah) 80 mmHg. Tekanan darah tinggi terjadi bila
terus-menerus berada diatas kisaran 120/80 mmHg.
B. Penyebab Hipertensi
Hipertensi dapat dikelompokan
menjadi dua golongan yaitu:
1. Hipertensi Esensial atau primer
Hipertensi essensial (primer) adalah
hipertensi tanpa kelainan dasar patologis yang jelas. Lebih dari 90% kasus
merupakan hipertensi essensial. Penyebab hipertensi meliputi (Nafrialdi, 2009).:
a. Faktor genetik
·
Asupan
garam yang tinggi
·
Stress
·
Reaktivitas
pembuluh darah terhadap vasokontriktor
·
Resistensi
insulin dan lain-lain
b. Faktor lingkungan
·
Kebiasaan
merokok
·
stress
emosi
·
Obesitas
dan lain-lain
Pada sebagian besar pasien, kenaikan berat badan yang berlebihan dan gaya hidup ampaknya
memiliki peran yang utama dalam menyebabkan hipertensi. Kebanyakan pasien
hipertensi memiliki berat badan yang berlebihdan penelitian padaberbagai
populasi menunjukkan bahwa kenaikan berat badan yang berlebih (obesitas)
memberikan risiko 65-70 % untuk terkena hipertensi primer (Guyton, 2008).
2. Hipertensi Sekunder
Meliputi 5 - 10% kasus hipertensi
merupakan hipertensi sekunder dari penyakit komorbid atau obat - obat tertentu
yang dapat meningkatkan tekanan darah.
Pada kebanyakan kasus, disfungsi renal akibat penyakit ginjal kronis atau
penyakit renovaskular adalah penyebab sekunder yang paling sering. Obat - obat
tertentu, baik secara langsung ataupun tidak, dapat menyebabkan hipertensi atau
memperberat hipertensi dengan menaikkan tekanan darah (Oparil, 2003).
Hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui, sering berhubungan
dengan beberapa penyakit misalnya ginjal, jantung koroner, diabetes dan kelainan
sistem saraf pusat (Sunardi, 2000).
C. Faktor dapat meningkatkan risiko
Hipertensi
1. Faktor risiko yang tidak dapat
diubah
·
Usia
Usia mempengaruhi terjadinya
hipertensi. Dengan bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi menjadi lebih
besar sehingga prevalensi hipertensi di
kalangan usia lanjut cukup tinggi, yaitu sekitar 40%, dengan kematian sekitar
di atas usia 65 tahun (Depkes, 2006).
·
Jenis
Kelamin
Faktor gender berpengaruh pada terjadinya
hipertensi, dimana pria lebih banyak yang menderita hipertensi dibandingkan
wanita, dengan rasio sekitar 2,29 untuk peningkatan tekanan darah sistolik.
Pria diduga memiliki gaya hidup yang cenderung dapat meningkatkan tekanan darah
dibandingkan dengan wanita (Depkes, 2006).
·
Keturunan
(Genetika)
Riwayat keluarga dekat yang
menderita hipertensi (faktor keturunan) juga mempertinggi risiko terkena
hipertensi, terutama pada hipertensi primer (essensial). Tentunya faktor
genetik ini juga dipenggaruhi faktor- faktor lingkungan, yang kemudian
menyebabkan seorang menderita hipertensi. Faktor genetik juga berkaitan dengan
metabolisme pengaturan garam dan renin membran sel. Menurut Davidson bilakedua
orang tuanya menderita hipertensi, maka sekitar 45% akan turun ke anak- anaknya
dan bila salah satu orang tuanya yang menderita hipertensi maka sekitar 30%
akan turun ke anak - anaknya (Depkes, 2006).
2. Faktor risiko yang dapat diubah
·
Kegemukan
(obesitas)
Kegemukan (obesitas) adalah
presentase abnormalitas lemak yang dinyatakan dalam Indeks Massa Tubuh (IMT)
yaitu perbandingan antara berat badan dengan tinggi badan kuadrat dalam meter. pada
penderita hipertensi ditemukan sekitar
20 - 33% memiliki berat badan lebih ( overweight) (Depkes, 2006).
·
Stress
Stress atau ketegangan jiwa (rasa
tertekan, murung, rasa marah, dendam, rasa takut dan rasa bersalah) dapat
merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan hormone adrenalin dan memacu jantung
berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat.
Jika stress berlangsung lama, tubuh akan berusaha mengadakan penyesuaian
sehingga timbul kelainan organis atau perubahaan patologis. Gejala yang muncul dapat
berupa hipertensi atau penyakit maag. Diperkirakan, prevalensi atau kejadian
hipertensi pada orang kulit hitam di Amerika Serikat lebih tinggi dibandingkan
dengan orang kulit putih disebabkan stress atau rasa tidak puas orang kulit
hitam pada nasib mereka (Depkes, 2006).
·
Merokok
Zat - zat kimia beracun seperti
nikotin dan karbon monoksida yang dihisap melalui rokok yang masuk ke dalam
aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri yang
mengakibatkan proses artereosklerosis dan tekanan darah tinggi. Pada studi autopsi,
dibuktikan kaitan erat antara kebiasaan merokok dengan adanya artereosklerosis
pada seluruh pembuluh darah. Merokok juga meningkatkan denyut jantung dan
kebutuhan oksigen untuk disuplai ke otot - otot jantung. Merokok pada penderita
tekanan darah tinggi semakin meningkatkan risiko kerusakan pada pembuluh darah
arteri (Depkes, 2006).
·
Olahraga
Olahraga dapat menurunkan risiko penyakit
jantung koroner melalui mekanisme penurunan denyut jantung, tekanan darah,
penurunan tonus simpatis, meningkatkan diameter arteri koroner, sistem
kolateralisasi pembuluh darah, meningkatkan HDL (High Density Lipoprotein) dan menurunkan
LDL(Low Density Lipoprotein) darah. Melalui kegiatan olahraga, jantung dapat
bekerja secara lebih efisien. Frekuensi denyut nadi berkurang, namun kekuatan
jantung semakin kuat, penurunan kebutuhan oksigen jantung pada intensitas
tertentu, penurunan lemak badan dan berat badan serta menurunkan tekanan darah
(Cahyono, 2008).
·
Pola
makan
·
Kecanduan
Alkohol
D. Gejala Hipertensi
Secara umum, beberapa gejala
hipertensi yang sering dialami banyak orang termasuk:
·
Sakit
kepala yang parah
·
Pusing
·
Penglihatan
buram
·
Merasa
kelalahan
·
Tampak
kebingungan
·
Nyeri
di daerah dada
·
Sulit
bernapas
·
Denyut
jantung tidak teratur
·
Sensasi
berdebar di bagian dada, leher, atau telinga
·
Terdapat
darah dalam urin
E.
Cara
Pencegahan Hipertensi
Berikut beberapa tips untuk
mengurangi asupan garam dari makanan sehari-hari yang dikompilasi dari beberapa
sumber:
1.
Aktif
bergerak
2.
Berhenti
merokok
3.
Konsumsi
lebih banyak produk segar dan kurangi makanan olahan.
4.
Batasi
penggunaan garam pada makanan Anda dengan cara menggantinya dengan
rempah-rempah tertentu yang dapat memperkaya rasa atau gunakan bumbu pengganti
garam.
5.
Pilih
produk makanan yang rendah garam.
6.
Perbanyak
konsumsi buah dan sayur.
7.
Bila
harus makan produk olahan, cerdaslah dalam membaca label.
8.
Bilas
semua makanan kaleng sebelum dimakan.
9.
Mengelola
stress
F. Diet Hipertensi
Diet Hipertensi diberikan kepada
pasien dengan tekanan darah di atas normal
Tujuan diet:
·
Membantu
menurunkan tekanan darah
·
Membantu
menghilangkan penimbunan cairan dalam tubuh atau edema atau bengkak *)
*) Penyebab timbunan air dalam
tubuh: kegagalan tubuh untuk mengatur keseimbangan cairan, akibatnya tubuh
tidak mampu mengeluarkan garam natrium yang berlebihan dalam jaringan. Natrium
ini akan mengikat air sehingga menimbulkan penimbunan cairan dalam tubuh.
Syarat diet:
·
Makanan
beraneka ragam mengikuti pola gizi seimbang
·
Jenis
dan komposisi makanan disesuaikan dengan kondisi penderita
·
Jumlah
garam disesuaikan dengan berat ringannya penyakit dan obat yang diberikan
Pengaturan Makanan
|
|
MAKANAN YANG DIANJURKAN
|
· Makanan yang segar: sumber hidrat arang, protein nabati
dan hewani, sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung serat.
· Makanan yang diolah tanpa atau sedikit menggunakan garam natrium,
vetsin, kaldu bubuk.
· Sumber protein hewani: penggunaan daging/ ayam/ ikan
paling banyak 100 gram/ hari. Telur ayam/ bebek 1 butir/ hari.
· Susu segar 200 ml/ hari
|
MAKANAN YANG DIBATASI
|
· Pemakaian garam dapur
· Penggunaan bahan makanan yang mengandung natrium seperti
soda kue
|
MAKANAN YANG DI HINDARI
|
· Otak, ginjal, paru, jantung, daging kambing
· Makanan yang diolah menggunakan garam natrium
-
Crackers,
pastries, dan kue lain-lain
-
Krupuk,
kripik dan makanan kering yang asin
· Makanan dan minuman dalam kaleng: sarden, sosis, kornet, sayuran
dan buah-buahan dalam kaleng
· Makanan yang diawetkan: dendeng, abon, ikan asin, ikan
pindang, udang kering, telur asin, telur pindang, selai kacang, acar, manisan
buah
· Mentega dan keju
· Bumbu-bumbu: kecap asin, terasi, petis, garam, saus tomat,
saus sambel, tauco dan bumbu penyedap lainnya
· Makanan yang mengandung alcohol misalnya: durian, tape
|
Cara
mengatur diet:
·
Rasa tawar dapat diperbaiki dengan
menambah gula merah, gula pasir, bawang merah, bawang putih, jahe, kencur,
salam dan bumbu lain yang tidak mengandung atau sedikit garam Na.
·
Makanan lebih enak ditumis,
digoreng, dipanggang, walaupun tanpa garam
·
Bubuhkan garam saat di atas meja
makan, gunakan garam beryodium (30 – 80 ppm), tidak lebih dari ½ sendok teh/
hari
·
Dapat menggunakan garam yang
mengandung rendah natrium
Contoh
Menu:
Pagi
|
Siang
|
Malam
|
Nasi
Telur bumbu
balado
Tumis buncis
Jam 10.00
(Selingan)
Jus buah
|
Nasi
Ikan pepes
Sambal goreng kering tempe
Sayur bening bayam
Buah: pepaya
|
Nasi
Ayam bakar
Oseng-oseng tahu
dan cabe hijau
Cah sayuran
Buah: jeruk manis
Pukul 21.00
Crackers tawar atau buah
|
Daftara Pustaka
https://dinkes.inhukab.go.id/?p=3330
http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/08/Brosur-Diet-Hipertensi.pdf
http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/08/Brosur-Diet-Hipertensi.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar